Kamis, 24 Januari 2013

Akuntansi Manajemen Sektor Publik



AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
AKUNTANSI MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK
Peran utama akuntansi manajemen sector public adalah menyediakan informasi akuntansi yang akan digunakan oleh manajer public dalam melakukan fungsi perencanaan dan pengendalian organisasi. Informasi akuntansi diberikan sebagai alat atau sarana untuk membantu manajer menjalankan fungsi-fungsi manajemen sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
Prinsip akuntansi manajemen sector public tidak banyak berbeda dengan prinsip akuntansi manajemen yang diterapkan pada sector swasta. Akan tetapi, sector public memiliki perbedaan sifat dan karakteristik dengan sector swasta, sehingga penerapan teknik akuntansi manajemen sector swasta tidak dapat diadopsi secara langsung tanpa modifikasi.

AKUNTANSI SEBAGAI ALAT PERENCANAAN ORGANISASI
Dalam hal perencanaan organisasi, akuntansi manajemen berperan dalam pemberian informasi historis dan prospektif untuk memfasilitasi perencanaan. Perencanaan organisasi sangat penting dilakukan untuk mengantisipasi keadaan di masa yang akan datang. Bagi tiap-tiap organisasi, sistem perencanaan berbeda-beda tergantung pada tingkat ketidakpastian dan kestabilan lingkungan yang mempengaruhi. Semakin tinggi tingkat ketidakpastian dan ketidakstabilan lingkungan yang dihadapi organisasi, maka diperlukan sistem perencanaan yang semakin kompleks dan canggih.
Dalam organisasi sektor publik, lingkungan yang mempengaruhi sangat heterogen. Factor politik dan ekonomi sangat dominan dalam mempengaruhi tingkat kestabilan organisasi. Informasi akuntansi diperlukan untuk membuat prediksi-prediksi dan estimasi mengenai kejadian ekonomi yang akan datang dikaitkan dengan keadaan ekonomi dan politik saat ini. Selain itu, globalisasi juga turut menyumbang semakin tingginya ketidakpastian. Dalam era globalisasi yang mana antara negara satu dengan negara lainnya seolah tanpa batas, maka peristiwa disuatu negara akan dengan cepat mempengaruhi negara lain. Untuk itu, akuntansi sebagai alat perencanaan memiliki peran yang sentral dalam menentukan arah organisasi.
Informasi akuntansi sebagai alat perencanaan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1.    Informasi sifatnya rutin ataukah ad hoc. Informasi yang bersifat rutin diperlukan untuk perencanaan yang regular, seperti laporan keuangan bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan. Sedangakan informasi yang bersifat ad hoc diperlukan untuk melakukan perencanaan yang temporer.
2.    Informasi kuantitatif ataukah kualitatif
3.    Informasi disampaikan melalui saluran formal ataukah informal. Mekanisme formal misalnya adalah melalui rapat-rapat dinas, rapat komisi, dan sebagainya. Pada organisasi sektor publik, saluran informasi lebih banyak bersifat formal, sedangkan mekanisme informal relatif jarang digunakan karena adanya batasan transparansi dan akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh lembaga-lembaga publik sehingga perencanaan tidak dapat dilakukan secara personal atau hanya melibatkan beberapa orang saja.

AKUNTANSI SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN ORGANISASI
Untuk menjamin bahwa strategi untuk mencapai tujuan organisasi dijalankan secara ekonomis, efisien, dan efektif, maka diperlukan suatu sistem pengendalian yang efektif. Organisasi sector public yang sifatnya tidak mengejar laba serta adanya pengaruh politik yang besar, memiliki alat pengendalian yang lebih banyak berupa peraturan birokrasi. Terkait dengan pengukuran kinerja, terutama pengukuran ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, akuntansi manajemen memiliki peran utama dalam pengendalian organisasi yaitu mengkuantifikasikan keseluruhan kinerja terutama dalam ukuran moneter.
            Dalam memahami akuntansi sebagai alat pengendalian perlu dibedakan penggunaan informasi akuntansi sebagai alat pengendalian keuangan dengan akuntansi sebagai alat pengendalian organisasi. Pengendalian keuangan terkait dengan peraturan atau sistem aliran uang dalam organisasi, khususnya memastikan bahwa organisasi memiliki likuiditas dan solvabilitas yang cukup baik. Pengendalian organisasi adalah terkait dengan pengintegrasian aktivitas fungsional ke dalam sistem organisasi secara keseluruhan. Pengendalian organisasi diperlukan untuk menjamin bahwa organisasi tidak menyimpang dari tujuan dan strategi organisasi yang telah ditetapkan. Pengendalian organisasi memerlukan informasi yang lebih luas dibandingkan pengendalian keuangan. Informasi yang dibutuhkan lebih kompleks tidak sekedar informasi keuangan saja. Sementara itu, untuk tujuan pengendalian organisasi dibutuhkan informasi yang lebih luas meliputi aspek ekonomi, social, dan politik dari investasi yang diajukan.

PERAN AKUNTANSI MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK
Peran utama akuntansi manajemen dalam organisasi sektor publik adalah memberikan informasi akuntansi yang relevan dan handal kepada manajer untuk melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian organisasi. Peran akuntansi manajemen dalam organisasi sektor publik meliputi:
1.      Perencanaan strategic
Pada tahap perencanaan strategik, manajemen organisasi membuat alternatif-alternatif program yang dapat mendukung strategi organisasi. Peran akuntansi manajemen adalah memberikan informasi untuk menentukan berapa biaya program dan berapa biaya suatu aktivitas, sehingga berdasarkan informasi akuntansi tersebut manajer dapat menentukan berapa anggaran yang dibutuhkan dikaitkan dengan sumber daya yang dimiliki. Akuntansi manajemen pada sektor publik dihadapkan pada tiga permasalahan utama yaitu efisiensi biaya, kualitas produk, dan pelayanan. Untuk dapat menghasilkan kualitas pelayanan publik yang tinggi dengan biaya yang murah, pemerintah harus mengadopsi sistem informasi akuntansi manajemen modern. Terdapat sedikit perbedaan antara sektor swasta dengan sektor publik dalam hal penentuan biaya/pelayanan. Sebagian besar biaya pada sektor swasta cenderung merupakan engineered costs yang memiliki hubungan secara langsung dengan output yang dihasilkan, sementara biaya pada sektor publik sebagian besar merupakan discretionary costs yang ditetapkan di awal periode anggaran dan sering tidak memiliki hubungan langsung antara aktivitas yang dilakukan dengan output yang dihasilkan. Karena sebagian besar biaya yang terjadi di sektor publik merupakan discretionary costs, maka peran manajer publik sangat penting dalam mengendalikan biaya.
2.      Pemberian informasi biaya
Kategori biaya dalam organisasi sektor publik, yaitu:
a.    Biaya input. Biaya input adalah sumber daya yang dikorbankan untuk memberikan pelayanan. Contohnya biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku.
b.    Biaya output. Biaya output adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengantarkan produk hingga sampai ke tangan pelanggan. Contohnya untuk perusahaan transportasi massa, biaya mungkin diukur berdasarkan biaya per penumpang.
c.    Biaya proses. Biaya diukur dengan mempertimbangkan fungsi organisasi, misalnya biaya departemen produksi, departemen personalia, biaya dinas dan sebagainya.
Akuntansi manajemen sektor publik memiliki peran yang strategis dalam perencanaan finansial terkait dengan identifikasi biaya-biaya yang terjadi. Akuntansi manajemen sektor publik membutuhkan cost accounting untuk pengambilan keputusan biaya. Akuntansi biaya pada sektor publik berperan untuk memberikan informasi mengenai pengeluaran publik yang dapat digunakan oleh pihak internal (pemerintah) dan pihak eksternal (masyarakat, LSM dan sebagainya) untuk perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Peran akuntansi manajemen dalam pemberian informasi biaya meliputi penentuan klasifikasi biaya, biaya apa saja yang masuk kategori biaya rutin dan biaya modal, controllable dan uncontrollable, biaya tetap dan variable, dan sebagainya.
Proses penentuan biaya meliputi lima aktivitas, antara lain:
1) Cost finding, pada tahap ini pemerintah mengakumulasi data mengenai biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk/jasa pelayanan.
2) Cost recording, pada tahap ini melakukan pencatatan data ke dalam sistem akuntansi organisasi.
3)  Cost analyzing, pada tahap ini mengidentifikasi jenis dan perilaku biaya, perubahan biaya, dan volume kegiatan.
4) Strategic cost management, pada tahap ini yang dilakukan adalah menentukan strategi penghematan biaya agar tercapai value for money. Pendekatan strategik dalam pengurangan biaya memiliki karakteristik berikut:
a)    Manajemen biaya strategik merupakan usaha jangka panjang yang membentuk kultur organisasi agar penurunan biaya menjadi budaya yang mampu bertahan lama.
b)   Berdasarkan kultur perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) dan berfokus pada pelayanan masyarakat.
c)    Manajemen harus bersifat proaktif dalam melakukan penghematan biaya.
d)   Keseriusan manajemen puncak (top manajer) merupakan penentu efektivitas program pengurangan biaya. 
5)   Cost reporting, memberikan informasi biaya yang lengkap kepada pimpinan dalam bentuk internal report, dan kemudian diagresasikan dalam satu laporan yang akan disampaikan kepada pihak eksternal. Informasi akuntansi manajemen hendaknya dapat mendeteksi sumber pemborosan yang masih berpotensi untuk diefisienkan dan mencari teknik penghematan biaya terbaik. Akuntansi manajemen hendaknya dapat mendukung dan memperkuat pelaksanaan prinsip value for money dan public accountability organisasi sektor publik.
3.      Penilaian investasi
Akuntansi manajemen dibutuhkan pada saat organisasi sektor publik hendak melakukan investasi, yaitu untuk menilai kelayakan investasi secara ekonomi dan finansial yang penting untuk menghindari dilakukannya investasi yang tidak layak secara ekonomi dan finansial. Dalam penilaian investasi, faktor yang harus diperhatikan akuntan manajemen adalah tingkat diskonto, tingkat inflasi, tingkat risiko dan ketidakpastian, dan sumber pendanaan untuk investasi yang akan dilakukan.
Penilaian investasi di sektor publik pada dasarnya lebih rumit dibandingkan dengan sektor swasta. Pada sektor swasta ada beberapa teknik penilaian investasi, seperti teknik Net Present Value, Internal Rate of Return, Accounting Rate of Return, Payback Period, dll. Namun, tidak semua jenis investasi di sektor publik dapat dinilai dengan teknik tersebut karena teknik-teknik penilaian investasi di sektor swasta didesain untuk organisasi yang berorientasi pada laba, sedangkan organisasi publik bukan organisasi yang berorientasi pada laba. Selain itu, untuk menentukan keuntungan di masa depan dalam ukuran finansial tidak dapat (sulit) dilakukan.
Penilaian investasi dalam organisasi publik dilakukan dengan menggunakan analisis biaya-manfaat (cost benefit analysis). Terdapat kesulitan dalam menentukan biaya dan manfaat dari investasi yang akan dilakukan karena biaya dan manfaat yang harus dianalisis tidak hanya dilihat dari sisi finansial saja, tetapi harus mencakup biaya sosial dan manfaat yang sangat sulit ditentukan dalam satuan moneter. Untuk memudahkan, kemudian digunakan analisis efektivitas biaya (cost-effectiveness analysis) yang menekankan pada seberapa besar dampak yang dicapai dari suatu investasi dengan biaya tertentu.
4.      Penganggaran
Akuntansi manajemen berbicara tentang perencanaan dan pengendalian, dan salah satu fungsi anggaran adalah sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Sehingga, akuntansi manajemen erat hubungannya dengan penganggaran.
Akuntansi manajemen berperan dalam memfasilitasi terciptanya anggaran publik yang efektif. Terkait dengan tiga fungsi anggaran sebagai alat alokasi sumber daya publik, alat distribusi, dan stabilisasi, maka akuntansi manajemen adalah alat yang vital untuk proses alokasi dan distribusi sumber dana publik secara ekonomis, efisien, efektif, adil, dan merata. Hal ini harus didukung dengan manajemen SDM yang handal, jika tidak, akuntansi manajemen tidak akan banyak bermanfaat karena akuntansi manajemen hanyalah sebagai alat manajemen untuk perencanaan dan pengendalian.
5.      Penentuan biaya pelayanan (cost of services) dan penentuan tarif pelayanan (charging for services)
Akuntansi manajemen digunakan untuk menentukan berapa biaya yang dikeluarkan untuk memberikan pelayanan tertentu dan berapa tarif yang akan dibebankan ke pemakai jasa pelayanan publik, termasuk menghitung subsidi yang diberikan. Tuntutan agar pemerintah meningkatkan mutu pelayanan dan keluhan masyarakat akan besarnya biaya pelayanan merupakan indikasi perlunya perbaikan sistem akuntansi manajemen di sektor publik.
Penentuan biaya pelayanan dan tarif pelayanan adalah satu rangkaian yang membutuhkan informasi akuntansi. Salah satu contohnya, Pemda harus dapat menentukan berapa biaya untuk membangun terminal bus yang tertib, nyaman, dan aman serta biaya operasionalnya. Berdasarkan informasi biaya tersebut, Pemda dapat menentukan berapa tarif pelayanan yang akan dibebankan kepada pemakai jasa pelayanan terminal tersebut. Dengan informasi akuntansi manajemen, sumber-sumber inefisiensi di organisasi dapat dideteksi dan dihilangkan.
6.      Penilaian kinerja
Penilaian kinerja merupakan bagian dari sistem pengendalian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam hal ini, akuntansi manajemen berperan dalam pembuatan indicator kinerja kunci dan satuan ukuran untuk masing-masing aktivitas yang dilakukan.

Berbagai Karakter Wirausaha Sukses



KEWIRAUSAHAAN

BERBAGAI KARAKTER (SIKAP MENTAL) WIRAUSAHA SUKSES

Menurut Geoffrey G. Meredith (1996 dalam Suryana 2009) bahwa wirausaha memiliki berbagai ragam karakter dan watak sebagai berikut:
Tabel 1 Karakter dan unsur karakter wirausaha
No
Karakter
Watak
1
Percaya diri
Memiliki keyakinan yang kuat, ketidaktergantungan terhadap orang lain, mandiri dan optimis
2
Berorientasi pada tugas dan hasil
Gairah untuk maju, berorientasi laba, tekun, ulet dan tegas, kerja keras, bersemangat, energik, serta  inisiatif.
3
Pengambil resiko
Kemampuan mengambil resiko, suka tantangan
4
Kepemimpinan     
Berjiwa kepemimpinan, suka bergaul, terbuka terhadap saran dan kritik.
5
Keaslian atau originalitas
Pandai pencipta (inovatif dan kreatif) berpikiran terbuka, penuh informasi, kaya pengetahuan.
6
Berorientasi masa depan
Memiliki visi dan perspektif terhadap masa depan.

Karakter wirausaha yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa intisari karakter seorang wirausaha ialah kreatifitas. Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa seorang wirausaha dapat dibentuk, bukan lahir begitu saja. Jelaslah bahwa kewirausahaan pada dasarnya merupakan jiwa dari seseorang yang diekspresikan melalui sikap dan perilaku yang kreatif dan inovatif untuk melakukan suatu kegiatan. Adapun orang yang memiliki jiwa tersebut tentu saja dapat melakukan kegiatan kewirausahaan atau menjadi pelaku kewirausahaan atau lebih dikenal dengan sebutan wirausaha. Seorang wirausaha haruslah seorang yang mampu melihat ke depan. Melihat ke depan dengan berpikir, penuh perhitungan, mencari pilihan dari berbagai alternatif masalah dan pemecahnnya.
1.      Percaya diri
Sifat-sifat percaya diri dimulai dari pribadi yang mantap, tidak mudah terombang-ambing oleh pendapat dan saran-saran orang lain. Akan tetapi saran-saran orang lain jangan ditolak mentah-mentah, pakai itu sebagai masukan untuk dipertimbangkan kemudian harus memutuskan segera. Orang yang tinggi percaya dirinya adalah orang yang sudah matang, jasmani dan rohaninya. Pribadi semacam itu adalah pribadi yang independen dan sudah mencapai tingkat kematangan. Karakteristik kematangan sesorang adalah ia tidak tergantung pada orang lain, ia memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, obyektif dan kritis. Tidak begitu saja menyerap pendapat atau opini orang lain tapi dapat mengembangkan kritis. Emosionalnya sudah stabil, tidak mudah tersinggung dan naik pitam, serta tingkat sosialnya tinggi. Diharapkan wirausaha seperti ini betul-betul dapat menjalankan usahanya secara mandiri, jujur dan disenangi oleh semua relasinya.
2.      Berorientasi tugas dan hasil
Wirausaha tidak mengutamakan prestise dulu, tetapi prestasi kemudian. Ia berharap pada prestasi baru kemudian setelah berhasil prestisenya akan meningkat. Wirausaha yang selalu memikirkan prestise dulu dan prestasi kemudian, usahanya tidak akan mengalami kemajuan. Maka wirausaha harus mempunyai kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif.
3.      Pengambil resiko
Wirausaha dalam melakukan kegiatan usahanya penuh dengan resiko dan tantangan, seperti persaingan, harga turun naik, barang tidak laku dan sebagainya. Tetapi semua tantangan ini harus dihadapi dengan penuh perhitungan. Jika perhitungan sudah matang baru membuat pertimbangan dari berbagai macam segi.
4.      Kepemimpinan
Sifat kepemimpinan memamng ada dalam masing-masing individu, maka sifat kepemimpinan tergantung pada masing-masing individu dalam menyesuaikan diri dengan organisasi atau orang yang dipimpin. Ada pemimpin yang disenangi oleh bawahan, mudah memimpin sekelompok orang, ia diikuti dan dipercaya oleh bawahan. Tapi ada pula pemimpin yang tidak disenangi bawahan atau tidak senang pada bawahannya, ia mau mengawasi bawahannya tapi tidak ada waktu untuk itu. Menanam kecurigaan pada orang lain pada suatu ketika akan berakibat tidak baik pada usaha yang sedang dijalankan. Maka wirausaha sebagai pemimpin yang baik harus mau menerima kritik dan saran dari bawahannya serta harus bersifat responsif.
5.      Keaslian atau originalitas
Sifat orisinil tidak selalu ada pada diri sesorang, yang dimaksud orisinil adalah tidak hanya mengekor pada orang lain tapi memiliki pendapat sendiri dan ide yang orisinil untuk melaksanakan sesuatu. Orisinil tidak berarti baru sama sekali, tapi produk tersebut mencerminkan hasil kombinasi baru dari komponen-komponen yang sudah ada sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Bobot kreativitas orisinil suatu produk akan tampak sejauh mana ia berbeda dari apa yang sudah ada sebelumnya.
6.      Berorientasi masa depan
Wirausaha harus perspektif, mempunyai visi ke depan, apa yang akan dilakukan dan apa yang ingin dicapai. Karena sebuah usaha bukan didirikan untuk sementara tapi selamnay. Maka faktor kontinuitas harus dijaga dan pandangan harus ditujukan jauh ke depan. Untuk menghadapi pandangan jauh ke depan seorang wirausaha akan menyusun perencanaan dan strategi yang matang, agar jelas langkah-langkah yang akan dilaksanakan.
Pengusaha yang sukses bukanlah pengusaha yang bisa memulai bisnis dalam skala besar dalam waktu singkat. Wirausaha bukanlah sebuah hal yang bisa dibangun secara instant. Wirausaha sukses adalah mereka yang berhasil mengatasi naik turunnya usaha dan tetap berdiri tegak. Skala keberhasilan wirausaha bukanlah semata pada jumlah omset yang dimiliki, akan tetapi lebih pada kemampuan sang wirausaha untuk mempertahankan usahanya dalam menghadapi berbagai arus perubahan yang sedikit banyak memiliki pengaruh pada usahanya. Pada bagian ini, mental wirausaha seseorang sangat diuji. Seseorang boleh saja mengklaim bahwa dia sudah memiliki usaha tersebut sejak lama, atau mungkin usaha tersebut sudah diwarisi dari orang tua mereka. Akan tetapi, kehidupan usaha tersebut lebih tergantung pada mental wirausaha orang tersebut dalam menjalankan roda usahanya.
Bagaimana dengan mental wirausaha di Indonesia? Beberapa pakar mengatakan bahwa mental wirausaha di Indonesia masih sangat lemah. Orang Indonesia lebih menyukai bekerja sebagai karyawan daripada mencoba mendirikan usaha mandiri atau meneruskan usaha mereka. Salah satu ciri lemahnya mental wirausaha di Indonesia adalah keengganan seseorang untuk menempuh berbagai resiko yang mungkin timbul dalam usaha yang dijalankannya. Resiko kegagalan ataupun resiko merugi dari sebuah usaha tentu berbanding lurus dengan “resiko” mendapatkan keuntungan. Sayangnya, masih banyak orang Indonesia yang tidak siap menghadapi resiko kegagalan. Keengganan menghadapi resiko kegagalan tersebut disikapi dengan tidak menjalankan usaha. Semangat wirausaha seharusnya dilandasi dengan semangat pantang menyerah. Ada macam sikap mental yang seharusnya dimiliki oleh seorang wirausaha, yaitu:
1.      Memiliki semangat enterpreneurship dasar yaitu keinginan untuk memiliki penghasilan yang lebih baik daripada bekerja pada orang lain. Keinginan untuk mandiri, lebih sejahtera dan memiliki kehidupan yang lebih baik akan membawa seseorang pada keinginan berusaha secara mandiri.
2.      Semangat enterpreneurship lain yang harus dimiliki adalah keinginan untuk mandiri. Bekerja pada perusahaan milik orang lain boleh jadi lebih nyaman, akan tetapi Anda tidak akan pernah menjadi mandiri. Sikap mental seperti ini yang masih jarang dimiliki oleh banyak orang di Indonesia. Banyak orang memilih berada di zona nyaman mereka hingga masa pensiun tiba dibanding membuat sebuah gebrakan besar dalam kehidupan mereka dengan berwirausaha.
3.      Berani mencoba adalah satu bagian dari semangat enterpreneurship yang harus selalu dimiliki para calon wirausaha. Tidak ada bayi yang langsung bisa berlari. Bayi harus melalui fase merangkak, belajar berdiri, belajar berjalan hingga mampu berjalan dengan dua kaki tanpa terjatuh. Analogi yang sama harus diterapkan oleh seorang wirausahawan. Berani mencoba menjadi seorang wirausaha adalah salah satu kunci wirausaha sukses. Bagaimana Anda bisa mendapatkan hasil wirausaha sukses sementara Anda bahkan tidak berani mencoba
4.      Semangat enterpreneurship lain adalah tahan banting. Kegagalan memang sangat menyakitkan, akan tetapi bukan merupakan sebuah alasan untuk menyerah. Semangat wirausaha sukses adalah menyikapi kegagalan sebagai sebuah pelajaran besar. Evaluasi menyeluruh akan memungkinkan Anda menjalani wirausaha sukses tersebut. Satu keberhasilah mungkin harus ditempuh melalui 99 kegagalan. Seorang pelaku wirausaha sukses akan selalu menerapkan prinsip tersebut pada setiap bidang usaha yang akan dilaksanakannya.
PEMILIHAN ROLE MODEL UNTUK MEMBANGUN KARAKTER WIRAUSAHA
Role model atau tokoh panutan merupakan faktor penting yang mempengaruhi individu dalam memilih kewirausahaan sebagai karir. Calon wirausaha pada umumnya menemukan role model di rumah ataupun di tempat kerja. Bila seseorang banyak berhubungan serta bergaul dengan para wirausahawan, maka ada kemungkinan dia juga akan tertarik untuk memilih jalan hidup sebagai seorang wirausahawan. Orang tua, saudara, guru atau wirausahawan lain dapat menjadi role model bagi individu. Individu membutuhkan dukungan dan nasehat dalam setiap tahapan dalam merintis usaha, role model berperan sebagai mentor bagi individu. Individu juga akan meniru perilaku yang dimunculkan oleh role model. Role model merupakan hal yang sangat penting karena dengan mengetahui serta memahami kisah-kisah para wirausahawan yang telah meraih kesuksesan menjadikan cita-cita seseorang untuk membuka usahanya sendiri menjadi lebih kredibel dan terjustifikasi.
Yang paling ingin diketahui oleh orang-orang sebagai role model kesuksesan mereka adalah profil wirausaha. Dengan membaca dan mengetahui profil juga perjuangan mereka dari bawah sampai menjadi sesorang yang berhasil akan menjadikan motivasi untuk para wirausaha baru untuk mencapai kesuksesan yang sama. Salah satu wirausaha di Indonesia yang dapat menjadi role model bagi calon wirausaha adalah Bob Sadino. Gayanya yang sangat terkenal adalah gaya dia berpakaian yang senang menggunakan celana pendek dan kaus bias walaupun dia seorang wirausaha yang sukses dan punya kekayaan yang banyak. Boy Sadiono lahir di Lampung pada tangga 9 Maret 1933. Dimulai saat sang teman menyarankan untuk memelihara ayam untuk menghilangkan rasa stressnya. Dari mulai beternak ayam itu terinspirasilah Bob untuk memulai wirausaha. Akhirnya, beberapa lama Bob bisa menjadi orang yang sukses dalam bisnisnya. Kunci kesuksesan Bob Sadino adalah selalu mendengarkan apa kemauan dari pelanggan sehingga dia mau memperbaiki diri sesuai dengan saran dari pelanggannya. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri, karena itu ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN
Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat tergantung pada kemampuan pribadi wirausaha. Zimmerer (1996: 14-15 dalam Suryana 2009) mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya adalah:
1.      Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
2.      Kurang berpengalaman. Baik dalam kemampuan teknik, kemampuan memvisualisasikan usaha, kemampuan mengkoordinasikan, ketrampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
3.      Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran khas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran khas akan menghambat operasional perusahaan dan akan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
4.      Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awak dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perncanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
5.      Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.
6.      Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan eret kaitanya dengan efisiensi dan efektifitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
7.      Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalan berusaha. Sikap yang setengah-setengah dalam usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati kemungkinan gagal akan besar.
8.      Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan. Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, maka ia tidak ada jaminan untuk menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.